Oleh Vanness Herfi Khanna
Rentetan kasus bunuh diri kian marak terjadi di kalangan mahasiswa. Banyak hal bisa menjadi faktor seorang remaja atau pemuda bunuh diri, kesehatan mental hanya salah satunya.
Peristiwa yang terjadi di Malang, Jawa Timur sempat menghebohkan jagat maya. Seorang mahasiswa tewas bunuh diri lantaran tugas kuliah.
Dikutip dari Detik Jatim, seorang mahasiswa nekat bunuh diri dengan terjun ke aliran Sungai Brantas di Malang. Belakangan diketahui korban berinisial MAS usianya baru 24 tahun. Sebelumnya, sesosok mayat pria ditemukan mengapung di aliran sungai Brantas, di Desa Sumber petung, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang.
Jasad tanpa identitas itu pertama kali ditemukan oleh pemancing. Dari keterangan yang dihimpun, seorang pemancing awalnya mencurigai sosok mayat yang mengapung di aliran Sungai Brantas, sekitar pukul 06.00 WIB. Ia kemudian mendekati dan melihat sosok mayat yang dicurigai, kemudian pemancing tersebut memberitahu warga sekitar atas temuan mayat pria yang ia temui.
MAS merupakan warga Kepanjen, Kabupaten Malang. Ia adalah mahasiswa semester 9 di salah satu kampus di Malang, MAS diduga korban bunuh diri karena depresi. Diduga penyebab korban mengalami depresi akibat stres akibat tugas skripsi yang tidak kunjung selesai.
Depresi dan gangguan Kesehatan mental merupakan dua hal dominan yang menjadi penyebab timbulnya seseorang melakukan bunuh diri. Dalam beberapa kasus bunuh diri biasanya akan timbul perasaan yang intens layaknya marah, kecewa, dan panik walaupun yang bersangkutan tidak pernah mendapatkan diagnosis gangguan mental apapun. Sehingga hal ini yang menyebabkan penderita ingin menyudahi dirinya saja.
Adapun beberapa jenis-jenis gangguan Kesehatan mental pada remaja, seperti gangguan makan, gangguan perilaku, psikosis, gangguan emosi, gangguan beresiko tinggi, menyakiti diri dan bunuh diri. Gangguan Kesehatan mental pada remaja sangat memerlukan perhatian khusus.
Dikutip dari Siloam Hospitals hasil survey Indonesia – National adolescent mental health survey (I-HAMHS) tahun 2022 terdapat sebanyak 15,5 juta atau 1 dari 3 remaja (34,8%) Indonesia mengalami masalah Kesehatan mental.
Sementara itu, menurut laporan dari WHO, 1 dari 7 anak berusia 10–19 tahun diketahui memiliki masalah psikologis. Di mana depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku merupakan salah satu penyebab utama penyakit serta gangguan mental di kalangan remaja.
Adapun Pakar Atika Dian Ariana, M.Sc., M.Psi., Psikolog Universitas Airlangga (UNAIR) menyebut keberagaman penyebab bunuh diri dapat dikategorikan secara dalam dunia medis sebuah model yang memahami Kesehatan dan penyakit sebagai hasil interaksi tiga aspek utama biologis, psikologis,dan sosial. Secara biologis, orang tersebut dapat memiliki keluhan fisik yang membuat tidak berdaya seperti masalah jantung dan hormonal. Sedangkan secara psikologis mungkin yang bersangkutan memiliki kerentanan untuk merasa tidak berarti. Selain itu secara sosial remaja akan masuk ke dalam relasi sebaya yang merasa hangat dan inti. Tentu bentuk kegagalan dari beberapa aspek tersebut dapat membuat seseorang merasa depresi.
Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan seseorang. Memiliki kesehatan mental yang baik tidak hanya terhindar dari penyakit mental tetapi juga memiliki keadaan mental yang sejahtera.
Mahasiswa berada pada batasan remaja akhir dan dewasa awal, di mana masa ini merupakan masa kondisi mental yang tidak stabil, diiringi dengan konflik dan tuntutan serta perubahan suasana hati. Apabila individu yang mengalami masa tersebut tidak dapat mengontrol hal-hal yang terjadi, maka dapat menimbulkan masalah kesehatan mental yang akan mempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan. Selain itu banyak dampak-dampak lain akibat terganggunya kesehatan mental.
Pada mahasiswa, gangguan kesehatan mental yang dialami dapat berpengaruh terhadap kondisi akademik. Penelitian yang dilakukan Heiligen Stein et al. (2015) menyatakan bahwa penurunan nilai akademik sangat sering terjadi pada mahasiswa yang mengidap depresi. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa siswa dengan gangguan akademik, 16% mengalami depresi ringan, 43% menunjukkan depresi sedang, dan 41% mengalami depresi berat.
Dapat disimpulkan bahwa terganggunya kesehatan mental secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan seseorang yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitasnya dalam menjalani peran kehidupannya. Dengan adanya kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa perlu untuk mengkaji lebih jauh mengenai kondisi kesehatan mental mahasiswa agar dapat mengantisipasi dampak-dampak yang akan merugikan bagi mahasiswa itu sendiri, institusi, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan kondisi di atas, selain melihat bagaimana gambaran kondisi kesehatan mental mahasiswa pada beberapa Perguruan Tinggi. Menurut data terbaru dari Kompas.com (2023), terdapat 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia dalam 11 tahun terakhir dengan 985 kasus atau 46,63% di antaranya dilakukan oleh remaja. Banyak remaja mengaku memiliki ide bunuh diri, 0,5% telah membuat rencana, dan 0,2% melakukan percobaan bunuh diri.
Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia meningkat dari 772 kasus pada tahun 2018 menjadi 826 kasus pada tahun 2022. Menurut data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI, angka kasus bunuh diri di Indonesia pada periode Januari hingga 18 Oktober 2023 mencapai 971 kasus.
Banyak kasus ditemukan di kalangan mahasiswa disebabkan ekonomi yang rendah, sehingga Kemendikbud Ristek menghimbau seluruh kampus di Indonesia untuk menciptakan lingkungan kampus yang sehat, aman, dan nyaman. Kasus bunuh diri pada tahun 2022 terjadi di perkuliahan sebanyak 16 kasus.
Dikutip dari Tempo.Co, Jakarta Belum dua minggu bulan Oktober 2023 berjalan, sudah ada tiga dugaan kasus mahasiswa bunuh diri yang terjadi di kalangan pelajar Tanah Air. Peristiwa terjadi pada Selasa, 10 Oktober 2023 yang melibatkan seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Di tanggal yang sama, seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Kupang juga mengakhiri hidupnya beberapa saat sebelum wisuda.
Dugaan kasus bunuh diri yang terjadi pada mahasiswa ini pun menarik perhatian publik. Sebab, angkanya terus bertambah dan cukup tinggi. Bahkan, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, Indonesia memiliki rasio bunuh diri sebesar 2,4 per 100 ribu penduduk.
Angka tersebut menunjukkan bahwa ada dua orang di Indonesia yang melakukan bunuh diri dari 100 ribu jiwa di tahun itu. Dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa, maka kasus bunuh diri pada tahun tersebut diperkirakan sebanyak 6.480 kasus.
Lantas, berikut daftar kasus mahasiswa bunuh diri di Indonesia dan masalah yang melatar belakanginya. Penulis melansir dari berbagai sumber, simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Mahasiswi Unnes dari Dugaan Kasus mahasiswa bunuh diri yang pertama terjadi pada seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang berinisial NJW. Mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut ditemukan tewas di area pintu keluar parkir Mall Paragon Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa, 10 Oktober 2023.
Kepala Polsek Semarang Tengah Komisaris Indra Romantika mengatakan dugaan sementara korban bunuh diri dengan jatuh dari lantai empat area parkir. Belum diketahui penyebab pasti dari kejadian tersebut, namun polisi menemukan tas milik korban NJW, tanda pengenal dan kartu mahasiswa, serta secarik surat yang berisi permohonan maaf kepada keluarga.
Seorang mahasiswi UMY berinisial SM, 18 tahun, juga ditemukan tewas setelah jatuh dari lantai empat asrama putri University Residence UMY, Bantul, Yogyakarta, pada Senin, 2 Oktober 2023 sekitar pukul 06.15 WIB. Sebelumnya, korban juga diduga sempat meminum obat sakit kepala sebanyak 20 butir sekaligus pada Ahad malam, 1 Oktober 2023.
Kepala Seksi Humas Polres Bantul Inspektur Satu I Nengah Jeffry mengatakan dugaan sementara korban mengalami depresi sehingga memilih untuk mengakhiri hidupnya. Pihak kampus melalui Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Al-Islam Kemuhammadiyahan UMY, Faris Al-Fadhat mengatakan mahasiswinya yang meninggal itu diketahui memiliki masalah kesehatan mental.
Faris mengatakan pihak kampus lewat Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) UMY telah menelusuri kondisi kesehatan SM sebelum menjadi mahasiswi UMY. Hasilnya, korban saat itu direkomendasikan untuk rutin mengikuti konseling psikologi karena memiliki kecenderungan gangguan mental.
Mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD diduga bunuh diri dengan meloncat dari lantai 18 di sebuah apartemen di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Rabu, 8 Maret 2023. Kapolsek Kebayoran Baru Komisaris Tribuana Roseno mengatakan korban sempat berpamitan kepada keluarga dan teman-temannya melalui Instagram Story sebelum mengakhiri hidupnya.
Mahasiswa Binus Jakarta Seorang mahasiswa berinisial HO (18) tewas setelah bunuh diri pada Kamis, 20 Juni 2019, pukul 21.30 WIB. Mahasiswa Bina Nusantara (Binus) kampus Kebon Jeruk, Jakarta Barat, ini melompat dari lantai VIII kampusnya. “Dari rekaman CCTV, kami memastikan korban bunuh diri dengan cara melompat,” ujar Kepala Kepolisian Sektor Kebon Jeruk Ajun Komisaris Erick Ekananta Sitepu dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tempo, Jumat, 21 Juni 2019.
Pemuda berinisial TSR (18), mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 11 Hotel Porta, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Oktober 2022. Polsek Bulaksumur Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengungkapkan bahwa korban diduga bunuh diri karena memiliki gangguan psikologis. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya surat hasil pemeriksaan psikologis TSR dari Rumah Sakit JIH Sleman di tas milik korban.
Seorang pemuda berinisial RWP ditemukan tak bernyawa di kamar indekosnya di Jatinangor, Sumedang, pada Senin, 24 Desember 2018. Mahasiswa semester 13 Universitas Padjadjaran (Unpad) ini diduga mengakhiri hidupnya karena masalah keuangan dan skripsi yang belum selesai. Hal tersebut kerap korban keluhkan kepada beberapa kerabatnya.
Selain RWP, mahasiswa Unpad lain juga diketahui melakukan aksi bunuh diri di tahun yang sama. Korban berinisial MB, mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah 2012, meninggal 18 Desember 2018. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya Mumuh Muhsin Zakaria lewat siaran pers Unpad mengatakan, kabar tewasnya mahasiswa itu diketahuinya pada Selasa, 18 Desember 2018, pukul 04.00 WIB. Dua jam kemudian bersama staf lain, mereka datang ke rumah duka.
Berdasarkan catatan data akademik, MB dinilai tidak bermasalah. Bernilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hampir 3, ia tengah mengerjakan tugas akhir (skripsi). Pihak keluarga menyatakan MB tidak punya masalah akademik dan pergaulan.
Berkaca dari akumulasi tren kasus bunuh diri maupun percobaan bunuh diri yang cukup marak terjadi dikalangan mahasiswa, maka sudah seharusnya pihak kampus dan Kementerian Pendidikan di Indonesia menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik dan inklusif.
Sumber foto : https://www.beritatabanan.com/berita/202203160001/diduga-soal-utang-seorang-pemuda-di-marga-gantung-diri