Oleh Muhammad Farietz Rakhman
Desa terpencil yang indah, membuat orang betah bila tinggal di sana. Jerumbun tidak diketahui oleh banyak orang, lingkungan yang masih terjaga keasriannya membuat jerumbun harus dijaga dari serangan sawit yang membabi buta.
Jerumbun atau yang disebut Beguruh berada di kawasan Desa Sekonyer, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Salah satu desa terpencil yang jauh dari perkotaan bahkan minum pun masih menggunakan air hujan yang ditampung di dalam tangki.
Jerumbun masih memiliki lingkungan yang asri dan hijau. Suara burung-burung berkicau di telinga para pengunjung sejak pagi hari, begitu juga ribut tupai bermain di atas atap sebagai penanda hari telah pagi. Benar, surga dunia itu nyata.
Jerumbun merupakan tempat pemeliharaan dan perlindungan berbagai hewan dan tumbuhan yang berada di bawah naungan Friends of National Park Foundation (FNPF). FNPF sendiri berdiri pada tahun 1997 dan sudah lama bergerak di bidang penghijauan kembali atau yang beken disebut reforestasi.
Menurut Devin (25), salah satu staff FNPF, pada mulanya Jerumbun merupakan tempat pertanian yang dikelola oleh orang-orang keturunan raja dan sebagian pula bekas tambang emas.
Hal serupa juga disampaikan Petrus Basuki Budi Santoso atau yang kerap dipanggil Om Basuki (50), seseorang yang berasal dari gunung kidul, Yogyakarta dan merupakan salah satu staf FNPF. Ia sudah keluar masuk Jerumbun sejak 2008 sampai dengan sekarang.
Menurut Basuki, bukan FNPF yang memiliki ide untuk membeli tanah di Jerumbun tetapi para staf nya lah yang memilih Jerumbun untuk ditinggali. Alasan mereka memilih Jerumbun untuk ditinggali karena ingin mencoba menghentikan ekspansi sawit. Mereka berpikir agar lingkungan dan alam masih terjaga mereka berinisiatif untuk menghentikan ekspansi sawit agar tidak sampai ke sungai.
“Kami mencicil tanah kubik demi kubik hingga sekarang mencapai 104 hektar. dengan wilayah yang dikelilingi dengan perkebunan sawit, hingga pernah didatangi oleh polisi karena mereka tidak ingin menjual tanahnya kepada perusahaan,” ujar Basuki
Basuki menjelaskan, langkah pertama mereka membeli tanah dan membangun pondok kecil di tengah jalan perkebunan sawit. sehingga banyak perusahaan yang ingin membeli tanah milik FNPF itu.
Jerumbun sering digunakan para siswa dan mahasiswa dalam negeri bahkan luar negeri untuk menimba ilmu. Jerumbun menjadi tempat pariwisata bagi turis-turis mancanegara yang ingin traveling melihat hewan-hewan dan tumbuhan yang hanya ada di indonesia.
Ahmad Bahranda atau yang kerap dipanggil Randa (23), yang berasal dari Kampung Padang, Kabupaten Sukamara. Ia merupakan mahasiswa Universitas Antakusuma yang sedang mengikuti pelatihan jurnalis bercerita yang diadakan oleh Save Our Borneo. Ia mengikuti pelatihan karena ingin belajar menulis dengan baik dan benar.
“Saya belum mengetahui apa itu Jerumbun dan penasaran ingin mengetahui aktivitas apa aja sih yang ada di Jerumbun,” kata Randa.
Randa masuk ke dalam pikap yang berjalan, duduk bersila kaki menikmati jalan yang berlubang sambil mendengar cerita orang-orang yang duduk bersamanya. Ia melewati pedasaan dan perkebunan sawit.
Sesampainya di tempat pemberhentian Randa masih berjalan sekitar 30 menit menuju lokasi FNPF di Jerumbun. Ia duduk terdiam di dalam dapur melihat betapa sederhananya lingkungan di lokasi tersebut.
“Seperti di kampung halaman, sangat tenang, rumah-rumah yang masih terbuat dari kayu, banyak suara-suara burung dan serangga disaat malam hari,” ujar Randa.
Jerumbun membuktikan bahwa surga dunia itu nyata. Hutan yang selalu terjaga akan memberikan kesan yang indah juga pelajaran berharga bagi yang melihatnya.