Oleh Dita
Sumber foto : https://damarpilau.id/orangutan-dan-ancaman-deforestasi-hutan/
Pada Sabtu, 6 Januari 2024, satu individu orangutan yang meresahkan warga ditemukan di Desa Seragam Jaya, Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur. Orangutan tersebut, bernama Abuy, ditemukan oleh warga setempat saat mencoba menghadang orang yang hendak mencari rumput, sehingga menimbulkan ketakutan di antara warga. Warga kemudian melaporkan kejadian ini ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah.
Mengapa Abuy kabur dari rumahnya? Semua orang tahu jika hutan adalah rumah bagi satwa liar dilindungi maupun satwa lainnya, termasuk orangutan.
Dikutip Antara Kalteng pada Selasa, 9 Januari 2024, saat kejadian tersebut di Desa Seragam Jaya memang sedang musim buah rambutan dan nanas, dan habitat alami orangutan tersebut tidak jauh dari desa. Inilah yang menyebabkan orangutan tersebut masuk ke pemukiman warga karena faktor ketersediaan makanan.
Kejadian ini menggambarkan bahwa hutan Kalimantan sedang tidak baik-baik saja. Pulau Kalimantan menjadi sorotan dunia karena mengalami deforestasi terparah di Indonesia. Pengalihan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pembukaan lahan untuk proyek-proyek pemerintah seperti food estate di Kalimantan menjadi ancaman serius bagi satwa liar yang bergantung pada hutan.
Hutan tropis Kalimantan merupakan rumah bagi banyak satwa liar. Hilangnya hutan menjadi penyebab utama kepunahan satwa liar tersebut. Tanpa hutan, satwa liar kehilangan tempat tinggal untuk berlindung dan mencari makan.
Hutan hujan tropis Kalimantan telah mengalami kerusakan parah selama beberapa dekade terakhir. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), lebih dari 1,3 juta hektar hutan hilang setiap tahun akibat pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, penebangan liar, dan konversi lahan. Padahal, hutan adalah rumah bagi para satwa liar yang dilindungi serta jutaan spesies flora dan fauna.
Satwa langka seperti orangutan Kalimantan, macan dahan, dan beruang madu menjadi korban langsung dari kerusakan habitat. Misalnya, populasi orangutan Kalimantan, yang sebelumnya mencapai ribuan individu, kini diperkirakan hanya tersisa sekitar 55.000 ekor. Penurunan ini disebabkan oleh perusakan hutan yang mengurangi area jelajah mereka dan memengaruhi ketersediaan makanan. D
eforestasi tidak hanya memengaruhi satwa langka tetapi juga keseluruhan ekosistem. Hilangnya hutan mengakibatkan hilangnya spesies tumbuhan dan hewan yang saling bergantung satu sama lain.
Menanggapi krisis ini, berbagai upaya konservasi telah dilakukan. Organisasi seperti World Wildlife Fund (WWF) dan Yayasan Alam Indonesia (YANI) berfokus pada pemulihan habitat, perlindungan spesies, dan pengembangan kawasan konservasi baru. Selain itu, proyek reforestasi dan pemantauan satwa secara langsung berperan penting dalam melindungi spesies yang terancam punah.
Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature), lebih dari 45.300 spesies terancam punah, yang merupakan 28% dari seluruh spesies yang dinilai. Di antaranya, 41% amfibi, 26% mamalia, 34% tumbuhan runjung, 12% burung, 37% hiu dan pari, 36% terumbu karang, 28% krustasea terpilih, 21% reptil, dan 71% sikas terancam punah. World Conservation Union juga mengungkapkan bahwa dua spesies yang terancam punah adalah orangutan Kalimantan dan ibis berbahu putih.
Sebagai masyarakat, kita memiliki peran penting dalam upaya pelestarian ini. Dukungan terhadap produk yang ramah lingkungan, partisipasi dalam kampanye pelestarian, dan kesadaran tentang dampak konsumsi terhadap lingkungan dapat membantu memperlambat proses deforestasi. Melalui tindakan kolektif, kita bisa membantu menjaga hutan Kalimantan dan melindungi spesies langka yang ada di dalamnya.
Kalimantan adalah permata keanekaragaman hayati yang sangat berharga. Melindungi hutan dan satwa langka bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan organisasi konservasi, tetapi juga tanggung jawab kita semua. Dengan informasi, tindakan yang tepat, dan komitmen, kita dapat berkontribusi pada upaya pelestarian yang memastikan bahwa keindahan dan kekayaan alam Kalimantan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.