Desa Sembuluh merupakan salah satu desa yang berada di daerah dataran rendah di seputar aliran Danau Sembuluh. Desa Sembuluh juga merupakan desa yang berpenduduk paling padat diantara desa-desa lain yang berada di sekitar aliran danau. Karena di wilayah desa ini terdapat 2 buah desa yang saling berdekatan, yaitu desa Sembuluh I dan desa Sembuluh II.
Selain diperuntukan bagi areal pemukiman, lahan-lahan yang ada juga dikembangkan oleh warganya menjadi ladang, areal perkebunan, serta pada bagian perairan menjadi area pencarian perikanan air tawar.
Pembukaan jalan (pasir batu/latrit) oleh perusahaan pengolahan kelapa sawit sangat berpengaruh terhadap tingkat mobilitas warga dalam kegiatan perekonomian.
Keberadaan desa Sembuluh I dan II dikelilingi oleh beberapa perusahaan perkebunan sawit diantaranya PT. Mustika Sembuluh, PT. Salonok Ladang Mas, PT. Gawi Bahandep Sawit Mekar, PT. Mega Ika Kansa, PT. Sawit Mas Nugraha Perdana, PT. Hamparan
Jumlah penduduk desa sembuluh I & II sekarang berjumlah 4258 jiwa dan terbagi dalam 1347 KK. Jumlah penduduk tersebut tersebar dalam 8 (delapan) RT di desa sembuluh I dan 7 (tujuh) RT di desa sembuluh II.
Ragam suku bangsa yang mendiami desa danau Sembuluh antara lain : Banjar, Jawa, Flores, Madura, dan Bugis. Suku bangsa Banjar merupakan suku Bangsa mayoritas di desa ini. Mereka juga kerap disebut dengan suku bangsa Banjar danau Sembuluh atau orang Banjar yang Asli berasal Dari Desa Tersebut dan bukan merupakan pendatang. Dan bahasa yang digunakan sehari-harinya adalah bahasa banjar.
Sebagai salah satu desa terpadat di kecamatan Danau Sebuluh, maka keberadaan sarana dan prasarana umum relatif tersedia. Seperti puskesmas, jalan latreet yang relative bagus, masjid, Sekolah (SD, SMP, SMA), dermaga, tempat ibadah (masjid), gedung olahraga. Selain diperuntukkan bagi warganya, sarana umum tersebut juga dapat membantu atau sering diakses warga di desa lain di sekitarnya, seperti desa Bangkal, Terawan, dan Tabiku.
Di samping sarana pendidikan, kesehatan, dan ibadah, di desa Sembuluh juga terdapat pembangkit listrik tenaga diesel. Meski daya Yang dimiliki sangat terbatas (hanya bisa dinyalakan mulai jam 17.00 – 06.00 malam), namun keberadaan sarana penerangan tersebut sedikit membantu warga untuk menghemat pengeluaran hariannya.
Agama Islam merupakan ajaran mayoritas yang dipeluk oleh semua warga Desa Danau Sembuluh. Seluruh warga Desa Sembuluh adalah muslim. Sangat jarang atau bahkan tidak ada warganya yang memeluk agama/kepercayaan selain Islam.
Sebelum masuknya perusahaan perkebunan sawit ke desa sembuluh, pekerjaan masyarakat disana adalah berladang, berkebun, sebagai tukang (membuat kapal), nelayan dan berburu, namun pekerjaan berburu ini hanya sebagai sampingan.
Diwaktu era kejayaan perusahaan HPH dikalimantan, banyak masyarakat Sembuluh yang bekerja disektor perkayuan (logging). Walaupun begitu Sektor pertanian masih menjadi tumpuan hidup utama dari sebagaian besar warga desa.
Masifnya perampasan tanah yang dilakukan Perusahaan menyebabkan sebagian besar warga harus mencari sumber pendapatan lainnya. Manjadi buruh perkebunan yang saat ini jumlahnya hanya mencapai tidak lebih dari 10% dari jumlah populasi penduduk Sembuluh I & II (mayoritas pekerjaan buruh kebun ini adalah perempuan), selanjutnya mengusahakan peternakan ikan, berdagang, sector Jasa dan menambang emas merupakan pilihan sumber ekonomi warga untuk bertahan hidup Sehari hari.
Pertanian pangan dan peternakan Juga mulai dikembangkan Oleh sebagian warga desa Danau Sembuluh. Meski hasil Yang Didapat Tidak menentu tapi Upaya pengembangan tersebut masih terus dijalankan.
Kemarahan warga terhadap datangnya perkebunan di wilayahnya kian memuncak saat limbah dan areal HGU perusahaan telah melebihi batas yang telah ditentukan. Saat ini banyak ditemukan bukti tanaman sawit yang ditanam berada di pinggir bibir danau dan aliran limbah yang seenaknya dibuang di danau.
Dampak kerusakan lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan social dan ekonomi warga sangat dirasakan ketika air danau terkontaminasi yang menyebabkan penurunan jumlah ikan tangkapan nelayan dan terganggunya kesehatan warga karena air danau tidak lagi bersih. Di sisi lain, praktek-praktek perampasan tanah yang dapat berujung pada konflik horizontal antar warga juga kerap mewarnai kehidupan sosial di Desa Sembuluh ini.
Dukungan berbagai pihak untuk mendesak perusahaan agar dapat menghentikan segala tindakan pelanggaran yang telah dilakukan sejauh ini tidak mendapat hasil lantaran terbentur tembok tebal kekuasaan bersama antar pemerintah dan pemilik modal.
Belum terbangunnya kesatuan pemahaman dan indakan warga untuk melawan perusahaan adalah problem utama dalam rangka menangkal ekspansi perkebunan yang membabi buta dan kasar.