WALAUPUN ada larangan kawasan seberang sungai Mentaya dijadikan lahan kebun sawit namun dalam kenyataannya banyak warga yang berminat menanam komoditi tersebut dengan alasan lebih menjanjikan dari segi ekonomi.
Saat ini sudah banyak kebun sawit milik warga yang terlihat, sementara keinginan warga untuk menanam padi demi menunjang program swasembada pangan justru terlihat terbatas.
Pantauan media ini sebagian lahan yang mestinya bisa dijadikan area persawahan tradisional justru banyak yang ditanami kelapa sawit. Pemilik lahan rata-rata menganggap perkebunan sawit lebih mudah dari segi perawatan serta tahan terhadap penyakit maupun berbagai macam kondisi alam seperti kebakaran lahan. Selain itu mereka menganggap menjual sawit lebih mudah karena sudah ada pabrik CPO di daerah ini daripada membudidayakan komoditi lain.
Camat Pulau Hanaut, Nasrudin, mengungkapkan keprihatinannya akan maraknya lahan sawit yang semestinya ditanami padi, ia mengungkapkan pihaknya sudah mengingatkan bahwa lahan di kawasan tersebut semestinya ditanami padi, namun kenyataannya masyarakat sebagian tetap menanami lahannya dengan kelapa sawit.
Hal yang sama juga diungkapkan Camat Mentaya Hilir Selatan, Jumberi beberapa waktu lalu yang juga menyatakan kekecewaannya karena sebagian lahan persawahan di kawasan tersebut justru ditanami sawit.
“Kita sudah berikan sosialisasi agar lebih baik menanam padi karena juga memiliki prospek yang cerah, sementara kawasan ini memang khusus pengembangan tanaman padi, tapi kenyataannya memang ada sebagian yang menanami lahannya dengan sawit.”
Sebagian warga menekankan perlunya sikap tegas menahan warga menanami lahannya dengan sawit, bila perlu ada aturan baku yang mengatur tentang sanksinya. (naf/B-5)