Berbagai komunitas masyarakat yang dan hidup berdiam diseluruh wilayah Kalimantan Tengah selama ini dapat dipastikan memiliki system kelola, pengaturan hak, perlindungan dan tata cara keberlanjutan pengelolaan sumber kehidupan dan alat produksi.
Hubungan timbal balik dan siklus kehidupan antara alam dan manusia yang sebenarnya dapat berjalan harmonis terus berkembang dan berjalan sedemikain rupa sesuai perkembangan zaman. Sayangnya, beberapa diantaranya tidak lagi dijalankan atau tidak dijadikan lagi sebagai system nilai yang diterapkan oleh komunitas itu sendiri atau bahkan juga oleh kebijakan Negara dan pemerintah.
Ada beberapa factor penyebab tergerusnya system nilai komunitas local, diantaranya ; desakan modal dan peradaban baru [modernisasi], kelalaian dalam menanamkan nilai-nilai kepada generasi selanjutnya yang diakibatkan tidak trdokumentasikan dengan baik berbagai nilai local itu serta digerus secara structural oleh kebijakan Negara dan intervensi capital dan ketidak mengertian pemerintah dalam menempatkan posisi nilai local dalam tatanan politik pemerintahan.
Problem yang muncul kemudian adalah kemunduran pada tingkat kemandirian pengelolaan sumber kehidupan dan alat produksi, lemahnya legalitas alas hak komunitas local dan semakin surutnya apresiasi atas inisiatif local seiring dengan menyempitnya ruang bagi eksistensi kearifan dan komunitas local.
Issue penting yang harus dijawab adalah bagaimana mengembalikan kemandirian dan kedaulatan pengelolaan alat produksi dan sumber kehidupan berdasarkan inisiatif dan kerafiran local. Issue ini sebenarnya sangat sederhana tetapi dalam kaitan kekinian memiliki relevansi yang sangat singnifikan dengan issue penting global, seperti perubahan iklim dan keadilan iklim bagi segenap penduduk.
Nilai kearifan local, bahkan kerja-kerja berbasis inisiatif local yang telah dijalankan dan dikembangkan secara terus menerus, berkelanjutan dan dilakukan secara mandiri oleh banyak komunitas local sangat jarang menjadi perhatian apalagi menempatkannya sebagai bagian dari konstribusi komunitas local dalam menjawab tantangan global perubahan iklim.
Jerih payah, inisiatif dan kearifan serta usaha keras yang telah dilakukan kerap kali tidak diperhitungkan dalam berbagai skema mitigasi dan adaftasi perubahan iklim, semisal REDD+. Padahal jika ditelisik lebih mendalam, maka kontribusi penting justru banyak muncul dari nilai dan system yang ada pada komunitas local. Oleh karena itu maka distribusi manfaat harus benar-benar sampai kepada komunitas lokal disekitar hutan, yang disampaikan dengan cara yang konsisten dengan prioritas dan peran kolektif mereka selama ini mengelola kawasan dan hutan.