Oleh: Vanness Herfi Khanna
Jerumbun merupakan salah satu daerah konservasi hutan penyangga yang berada di Kalimantan Tengah (Kalteng), Kabupaten Kotawaringin Barat, Kecamatan Kumai, Desa Sekonyer. Jerumbun kini mendunia, banyak turis datang belajar di sana melihat bagaimana pohon-pohon ditanam. Lalu bagaimana Jerumbun bisa ‘hidup’ hanya dengan menanam pohon?
Belasan tahun lalu, daerah ini bernama Beguruh karena terdengar air yang bergemuruh di sekitarnya. Seiring berjalanya waktu namanya berubah menjadi Jerumbun. Tempat ini dulunya hanya lokasi sasaran tambang ilegal dan kebakaran.
Para pengurus Jerumbun membuat tempat ini menjadi pusat konservasi hutan lindung bagi beberapa satwa yang dilindungi seperti bekantan, orangutan dan 220 jenis burung lainnya. Tidak hanya sebagai pusat perlindungan bagi flora dan fauna yang dilindungi, tetapi juga sebagai tempat belajar tentang lingkungan.
Mereka yang datang ke tempat ini tak hanya pelajar dari dalam negeri tetapi juga luar negeri, yang ingin belajar menanam pohon. Banyak sekali turis mancanegara yang datang untuk berkunjung ke tempat ini saat liburan maupun saat tidak waktu libur.
Mereka datang untuk belajar menanam pohon sehingga tempat ini dilengkapi penginapan yang nyaman. Selain nyaman, tempat ini punya suasana yang masih asri dan hijau.
Bangunannya dikelilingi oleh pohon – pohon yang rimbun. Jalan – jalan di Jerumbun hanya setapak kecil kiri kanannya masih banyak rerumputan hijau.
Dengan banyaknya aktivitas di Jerumbun membuat banyak pertanyaan tentang bagaimana pengelola dalam hal ini Friends of The National Park Foundation (FNPF) menghidupi tempat tersebut. Dari mana sumber dana yang mereka dapatkan?
Pada hari senin (21/02/2024) Basuki, salah satu inisiator di Jerumbun. Ia menerangkan, turis – turis yang berkunjung ke tempat ini biasa menanam pohon dengan mengeluarkan uang Rp 25.000 -, per bibit pohon yang mana uang tersebut dikumpulkan dan akan dipergunakan untuk kegiatan di Kampung Dayak yaitu menanam buah di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP).
Tidak hanya memperoleh dana dari kegiatan menanam pohon yang ditanam oleh para turis, tetapi mereka juga mendapatkan dana lain dari para donatur dan relawan yang bekerja di Jerumbun. Terutama salah satunya adalah perusahaan Boeing salah satu perusahaan pesawat terbesar di dunia. Uang tersebut digunakan oleh pengurus FNPF untuk membayar gaji para stafnya.
“Donatur tetap tidak ada untuk jerumbun, hampir tidak ada. Adanya yang agak rutin, tapi tidak tetap misalnya Boeing perusahaan pesawat terbang, rutin ngasih tapi tidak banyak. Itu aku pakai di kampung dayak, aku pakai di dalam Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Kegiatan di kampung Dayak itu agroforestri menanam buah, di Tanjung Puting menghutankan daerah – daerah terbuka,” kata Basuki.
Dari donatur dipergunakan untuk kegiatan yang mana setidaknya 10 % dipergunakan untuk menggaji staf, membeli kompor atau biaya dapur. “Rp. 25.000.000,- per bulan,” terang Basuki.
Uang yang mereka kumpulkan tentunya tak cukup untuk membangun jerumbun seperti sekarang. Jerumbun dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, lahan penyemaian bibit pohon, dapur, guesthouse yang dilengkapi kamar mandi luar.
Total luas tanah jerumbun ini sekitar 104 hektar yang mana bagunan bangunan di Jerumbun ini dibangun sendiri oleh para pengurus tanpa biaya tambahan dari pihak manapun. Contohnya seperti dapur yang dibangun sederhana nan nyaman.
Dapur itu dibuat tanpa dinding. Basuki mengatakan, dinding dapur menggunakan jaring sehingga binatang tidak dapat masuk. Bangunan tersebut dibangun sendiri oleh staf FNPF. Satu per satu kayu dikumpulkan dari hutan sekitar untuk membangun dapur tersebut. Mereka bahkan tidak menyewa tukang untuk membangunnya.
Sehingga staf FNPF biasa beraktifitas berkepanjangan di Jerumbun. Serta membuat Jerumbun menjadi lebih berkembang dan dikenal hingga seluruh dunia.
Bagi para pengurus jerumbun, mungkin uang bukan segalanya, tetapi berkat semangat dan tekad mereka untuk mempertahankan tanah jerumbun menjadi semangat untuk melestarikan alam. Agar cucu – cucu dan keturunan kita dapat merasakan atau melihat hutan yang masih terjaga.