SOB Palangkaraya. (11/03). Sekitar 75 orang buruh asal Plores dan Nusa Tenggara Timur melakukan aksi demonstrasi di Palangka Raya.
Aksi yang diawali dengan mendatangi kantor DPRD Kalteng, dilanjutkan ke kantor Gubernur yang ditemui langsung oleh Wakil Gubernur, kemudian berdialog dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kalteng di aula Disnakertrans.
Dalam aksinya buruh didampingi oleh Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia ( KSBSI) kalteng dan LSM Betang Hagatang Kalteng Membawa beberapa tuntutan diantaranya ; 1. Agar diberlakukan upah minimum kabupaten (umk), 2. hentikan diskriminasi dan penindasan terhadap buruh, 3. hentikan sistem kerja kontrak/outsourching.
Awalnya buruh didatangkan oleh PT. Bhineka Tiga Utama (BTU ) yang bekerja sama dengan PT. Archipilago Timur Abadi ( ATA ) untuk dipekerjakan di kebun kelapa sawit PT. ATA, namun setelah sampai di Kab.Gunung Mas Kal-Teng, pada kenyataannya tidak sesuai dengan harapan yang dijanjikan oleh PT. BTU pada awalnya.
Seperti yang dijelaskan salah seorang buruh yang berasal dari Flores bernama Piter, dimana ia sebagai salah seorang buruh panen di PT. ATA mengatakan, “ selama bekerja di PT. ATA kami tidak diberikan Fasilitas yang layak, tempat tinggal, beras untuk makan saja kami tidak diberikan,dan bahkan kendaraan untuk mengantar anak-anak sekolah saja menggunakan mobil yang biasanya mengangkut berondoolan buah sawit. hingga sekarang kami masi belum mendapatkan gajih yang jelas dari kedua perusahaan tersebut’’, ujar piter saat kami temui dihalaman Dinasnakertrans kemarin siang.
Piter juga menjelaskan bahwa “ Sebelumnya kami sudah melakukan aksi ke Disnaker Kab.Gunung Mas, namun tidak ada penyelesaian dari mereka sehingga kami bersepakat untuk melakukan aksi ke pemerintah Kalteng, kalau perlu ke pemerintah pusat dengan harapan tuntutan kami dapat terpenuhi.
Menurut Piter, “apabila dialog dengan kepala dinas hari ini tidak membuahkan hasil, maka kami akan menginap di halaman kantor dinas hingga ada tanggapan atau hasil dari pihak mereka”.
Hingga saat ini kondisi buruh perkebunan kelapa sawit masih jauh dari kata sejahtera, seperti yang dialami buruh PT. ATA. Hal tersebut dapat dilihat dari kejadian yang menimpa buruh asal timur Indonesia ini.